Partai Angola mengakhiri kampanye untuk pemilihan yang menegangkan

Partai Angola mengakhiri kampanye untuk pemilihan yang menegangkan

[ad_1]

Dikeluarkan pada:

Lautan pendukung berpakaian merah dan hijau berunjuk rasa di distrik padat penduduk dan miskin di ibukota Angola, Luanda, Senin untuk menunjukkan dukungan bagi kelompok oposisi yang menjadi ancaman terbesar bagi partai MPLA yang telah lama berkuasa.

MPLA, yang dipimpin oleh João Lourenço sejak 2017, telah memerintah produsen minyak terbesar kedua di Afrika sejak kemerdekaan dari Portugal pada 1975. Tetapi partai oposisi lama UNITA lebih kuat dari sebelumnya, karena kemarahan tumbuh pada kegagalan pemerintah untuk mengubah kekayaan minyak yang sangat besar menjadi kondisi kehidupan yang lebih baik. untuk semua.

Lebih dari 14 juta warga Angola berhak memilih dan akan memilih presiden dan 220 anggota parlemen secara bersamaan, dengan satu tanda di kertas suara.

Sebuah survei Afrobarometer pada bulan Mei menunjukkan jumlah orang Angola yang mendukung UNITA, yang dipimpin oleh Adalberto Costa Júnior yang karismatik, telah meningkat menjadi 22% dari 13% pada 2019, masih tujuh poin di belakang MPLA. Hampir setengah dari pemilih ragu-ragu.

MPLA mengadakan rapat umum terakhir pada hari Sabtu tetapi Lourenço mengambil bagian dalam sebuah acara pada hari Senin yang berfokus pada masalah hak-hak perempuan dan mengatakan pemungutan suara adalah “dasar untuk masa depan” negara itu, salah satu negara paling tidak setara di Afrika.

“Saat untuk berpesta belum tiba (tetapi) momen perayaan itu akan datang,” kata Lourenço.

Mengenakan warna merah dan hijau, warna UNITA, ribuan orang, kebanyakan muda, berkumpul di pinggiran ibukota Luanda pada hari Senin untuk rapat umum terakhir partai. UNITA didukung oleh beberapa kelompok, termasuk partai terbesar keempat, Bloco Democratico.

“Tidak ada demokrasi tanpa perubahan kekuatan politik,” kata Costa Júnior pada rapat umum yang penuh sesak itu. “Kesinambungan satu partai yang berkuasa sesuai dengan penundaan pembangunan Angola.”

Kekhawatiran kecurangan pemilih telah membuat UNITA mendesak pemilih untuk tetap berada di dekat tempat pemungutan suara setelah mereka memberikan suara mereka untuk memantau proses pemilihan. Komisi pemilihan yang sebagian besar dikendalikan oleh MPLA mengatakan pemilu akan berlangsung adil dan transparan.

Lebih dari 80.000 petugas telah dikerahkan untuk pemilihan, dan komandan polisi mengatakan pemilih tidak diizinkan untuk tetap berada di dekat tempat pemungutan suara.

Sebuah laporan oleh Institute for Security Studies mengatakan bahwa jika kemenangan MPLA dianggap curang, kerusuhan bisa terjadi.

Pemimpin UNITA Costa Junior mengatakan kepada Reuters pada hari Minggu bahwa memperebutkan hasil pemilihan tidak lepas dari meja.

(REUTERS)

[ad_2]

Source link

Exit mobile version