[ad_1]
Namun, kelompok pemberontak utama Front for Change and Concord (FACT) tidak menandatangani perjanjian tersebut.
“Di bawah naungan Negara Qatar, pihak-pihak Chad menandatangani #Doha_Peace_Agreement_in_Chad. Ini berasal dari peran aktif regional dan internasional Qatar dalam menyediakan landasan dasar untuk mediasi dan mencegah pecahnya dan eksaserbasi konflik,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan di Twitter.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Minggu, Qatar mengkonfirmasi telah menjadi tuan rumah negosiasi selama lima bulan terakhir menjelang dialog rekonsiliasi nasional yang lebih luas, yang diperkirakan akan berlangsung akhir bulan ini.
“Kesepakatan ini membuka jalan bagi dimulainya dialog nasional, inklusif, dan berdaulat di Chad di ibu kota, N’Djamena, yang bertujuan untuk mencapai rekonsiliasi nasional yang komprehensif,” kata kementerian luar negeri Qatar.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani membuka penandatanganan dengan pidato. Di antara yang hadir adalah delegasi negosiasi dari pemerintah transisi di Chad, perwakilan dari kelompok oposisi dan Uni Afrika serta beberapa badan internasional, menurut kementerian luar negeri Qatar.
Pemerintah militer sementara mengambil alih setelah kematian mantan Presiden Idriss Deby yang terbunuh pada tahun 2021 di medan perang melawan kelompok pemberontak utama FACT.
Hal ini dipimpin oleh putra Derby yang merebut kekuasaan setelah kematian ayahnya.
Kelompok pemberontak FACT menolak perjanjian Doha pada hari Minggu. Dikatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter bahwa penolakan itu “mengikuti kegagalan untuk mempertimbangkan tuntutan kami”.
[ad_2]
Source link